ILMU FALAK
Pada zaman keemasan arab, setelah beberapa abad wafatnya baginda Rasulullah SAW ( 632 ), bangsa arab telah menjadi penghubung antara kebudayan yunani kuno dan eropa barat. Bangsa Arab memiliki sifat dan kepribadian serta keimanan murni, bahwa manusia semata-mata diciptakan untuk mengabdi pada Allah SWT. Maka segala kekayaan rohani dari bangsa Yunani mereka pandang sebagai amanah suci yang harus dipelihara dan dijaga untuk disampaikan kepada umat manusia. Kekayaan rohani bangsa Yunani tersebut antara alin adalah Ilmu Falak, yang kemudian mereka komentari dengan sebaik-baiknya, tanpa memutar balikkan kenyataan yang mereka peroleh dan disampaikan secara utuh kepada umat. Ilmu falak dikembangkan oleh para ilmuwan muslim karena ilmu tersebut berhubungan erat dengan pelaksanaan ketentuan agama Islam seperti Shalat, penentuan arah Kiblat, dan penentuan awal bulan Qamariyah. Bagi daerah yang baru diduduki oleh bangsa Arab/Islam harus segera pila ditentukan arah kiblatnya, terutama bagi daerah terpencil.
Salah satu ulama yang muncul sebagai tokoh ilmu falak terkemuka adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi ( 780-850 ) yang mengarang buku berjudul Mukhtasar fi Hisab al-Jabar wa al-Muqabalah di
Di Eropa, orang Polandia yang bernama Nicolas Copernicus seorang ahli ilmu falak modern, terutama mengenai teori yang dikemukannya bahwa bumi dan planet lainnya berputar mengelilingi matahari ( heliosentris ) yang menggeser pendapat tentang bumi sebagai pusat benda langit lainnya ( geosentris ).
Pengaruh Islam ( Arab ) dalam ilmu falak masih tercatatdan terlihat jelas pada nama-nama bintang dalam bahasa Arab yang masih melekat sempai sekarang, seperti Aldebaran (Alpha Tauri) = ad-Duburun (Dua); Mirfaq = Mirfaq (Siku); Rigel (Beta Orionis) = Rijl (Kaki) yaitu bintang di kaki Orion; Zubeneljanubi = anak selatan; Altair (Alpha Aquilae) = at-Thair (Burung); Kochab = Kaukab (Bintang); dll.
No comments:
Post a Comment