Tuesday, 2 June 2009

FALAK

ILMU FALAK

Ilmu falak adalah ilmu yang memperlajari tentang benda-benda langit, matahari bulan, bintang dan planet-planet lainnya. Pengetahuan tentang posisinya merupakan pengalaman serta pengamatan yang dikerjakan secara berulang-ulang dengan bantuan alat-alat. Ilmu ini ditemukan dalam kurun waktu ribuan tahun, dimulai sejak kurang lebih 3.000 tahun sebelum Masehi di kerajaan Babylonia yang terletak diantara Sungai Tigris dan Sungai Efrat ( selatan irak kini ). Para pendeta kerajaan tersebut meneukan dua belas gugusan besar bintang di cakrawala, yang mereka bayangkan sebagai sebuah lingkaran. Setiap gugusan bintang ( zodiak ) berlansung selama 30 hari. Setiap bagian mereka namakan derajat, yang pada akhirnya ilmu tersebut berkembang menjadi ilmu geometri, dan matematika, ilmu ukur dan ilmu hitung. Dengan prinsip dasar penghitungan jalannya bulan dan matahari yang kemudian menjadi ilmu almanac ( penaggalan ).

Pada zaman keemasan arab, setelah beberapa abad wafatnya baginda Rasulullah SAW ( 632 ), bangsa arab telah menjadi penghubung antara kebudayan yunani kuno dan eropa barat. Bangsa Arab memiliki sifat dan kepribadian serta keimanan murni, bahwa manusia semata-mata diciptakan untuk mengabdi pada Allah SWT. Maka segala kekayaan rohani dari bangsa Yunani mereka pandang sebagai amanah suci yang harus dipelihara dan dijaga untuk disampaikan kepada umat manusia. Kekayaan rohani bangsa Yunani tersebut antara alin adalah Ilmu Falak, yang kemudian mereka komentari dengan sebaik-baiknya, tanpa memutar balikkan kenyataan yang mereka peroleh dan disampaikan secara utuh kepada umat. Ilmu falak dikembangkan oleh para ilmuwan muslim karena ilmu tersebut berhubungan erat dengan pelaksanaan ketentuan agama Islam seperti Shalat, penentuan arah Kiblat, dan penentuan awal bulan Qamariyah. Bagi daerah yang baru diduduki oleh bangsa Arab/Islam harus segera pila ditentukan arah kiblatnya, terutama bagi daerah terpencil.

Salah satu ulama yang muncul sebagai tokoh ilmu falak terkemuka adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi ( 780-850 ) yang mengarang buku berjudul Mukhtasar fi Hisab al-Jabar wa al-Muqabalah di Baghdad. Yang pada akhirnya mempengaruhi pemkiran cendikiawan eropa dan diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Robert Chester pada tahun 1140 dengan judul Liber al-Gebras et almucabola. Sampai sekarang, untuk menyelesaikan persoalan al-jabar masih tetap digunakan cara al-Khawarizmi, yang dalam bahasa Inggris disebut algorism (algoritme).

Di Eropa, orang Polandia yang bernama Nicolas Copernicus seorang ahli ilmu falak modern, terutama mengenai teori yang dikemukannya bahwa bumi dan planet lainnya berputar mengelilingi matahari ( heliosentris ) yang menggeser pendapat tentang bumi sebagai pusat benda langit lainnya ( geosentris ).

Pengaruh Islam ( Arab ) dalam ilmu falak masih tercatatdan terlihat jelas pada nama-nama bintang dalam bahasa Arab yang masih melekat sempai sekarang, seperti Aldebaran (Alpha Tauri) = ad-Duburun (Dua); Mirfaq = Mirfaq (Siku); Rigel (Beta Orionis) = Rijl (Kaki) yaitu bintang di kaki Orion; Zubeneljanubi = anak selatan; Altair (Alpha Aquilae) = at-Thair (Burung); Kochab = Kaukab (Bintang); dll.

No comments:

Post a Comment