Tuesday 2 June 2009

Menghafal Qur'an

KEUTAMAAN MENGHAFAL AL-QUR’AN

Al-Qur’an adalah ayat-ayat Allah yang sangat indah, baik dalam struktur bahasa dan keindahan syair-syairnya. Dan salah satu keistimewaan yang ada pada Al-Qur’an adalah mudah untuk dihafal oleh siapa saja yang berniat untuk itu. Allah SWT berfirman : yang artinya : “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran “ ( QS. Al-Qamar : 17 )

Ayat-ayat Al-Qur’an adalah Ayat-Ayat suci yang dimudahkan oleh Allah untuk dihafal dan dipelajari oleh siapapun yang berkeinginan untuk menyimpan AL-Qur’an dalam hatinya. Bahkan banyak dari para penghafal Al-Qur’an yang tidak mengerti tentang bahasa Arab dan mengerti makna dari hafalannya, tapi itu tidak menjadi penghalang bagi hafiz untuk memperluas hafalan dan ilmu hafalnya tentang keindhan Al-Qur’an.

Di Mesir anak-anak berusia tujuh tahunan sudah ada yang dapat menhafal Al-Qur’an, walaupun mendapat kritikan dari beberapa pemikir Islam seharusnya kita hafal adalah sesuatu yang kita pahami. Terlepas dari pemikiran tersebut, tentang kaidah hafalan yang harus dipahami terlebih dahulu, seharusnya kita membuka lebar-lebar mata hati kita bahwa hafalan yang dihafal dan dimengerti oleh anak Mesir tersebut adalah ayat suci Allah yang tanpa dipahami dan dimengerti sekalipun sudah bernilai ibadah. Dengan membacanya saja kita sudah berbuat baik apalagi jika kita mampu untuk menghafalnya.

Manfaat untuk anak-anak yang menghafal Al-Qur’an adalah unutk melancarkan lidah dan membetulkan makhraj huruf sehingga dapat membaca Al-Qur’an dengan lebih fasih. Dan diharapkan membaca Al-Qur’an sedari kecil menjadi sebuah tabiat dan kebiasaan kita, yang mempengaruhi kehidupan secara global dan kaffah.

Rasulullah SAW bersabda : “Pelajarilah Al-Qur’an dan bacalah, sesungguhnya orang yang mempelajarinya adalah seperti tempat air penuh dengan minyak wangi misik, harumnya menyebar kemana-mana. Dan barangsiapa orang yang mempelajarinya kemudian ia tidur dan di dalam hatinya terdapat hafalan Al-Qur’an adalah seperti tempat air yang tertutup dan berisi minyak wangi misik” ( HR. At-Tarmidzi )

Kedudukan mereka di dunia begitu mulia, dan kedudukan mereka saat meninggal dunia Rasulullah SAW mendahulukan bagi orang yang paling banyak hafalalannya.

Cahaya yang didapatkan oleh penghafal tersebut tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi cahaya tersebut juga menyinari orang tuanya, dan ia dapat memberikan keberkahan Al-Qur’an tersebut kepada orang tuanya, seperti sabda Rsulullah SAW : “Siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubahh (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan didunia. Keduanya bertanya,’mengapa kami dipakaikan jubah ini?’dijawab, ‘karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur’an’” ( HR. Muslim )

Alangkah bahagia orang tua yang memilki anak yang dapat menghafal Al-Qur’an dan mampu mengamalkannya. Kedua orang tua mereka pun mendapat cahaya dari berkah Allah SWT lewat Al-Qur’an yang dihafalnya tersebut. Oleh karena itu kita sebagai orang tua harus mengarahkan anak-anak kita untuk mempelajari Al-Qur’an sejak sedini mungkin.

ETIKA PARA PENGHAFAL AL-QUR’AN

Rasulullah SAW bersabda : “ Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia. “Para Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah mereka?” Beliau menjawab, “Ahli Al-Qur’an. Mereka adalah keluarga Allah SWT dan orang dekatNya.” ( HR. Ahmad )

Merupakan kebahagiaan dari Ahli Al-Qur’an yang mendapat kedudukan yang mulia sebagai keluarga dan orang dekatnya Allah SWT. Tentunya sebagai keluarga Allah maka kita harus beretika dengan etika Al-Qur’an. Salah satu etika yang harus dilakukan oleh para penghafal Al-Qur’an adalah selalu bersama Al-Qur’an, membacanya setiap waktu dan kesempatan agar hafalannya tidak rusak dan terganggu oleh hal-hal dunia yang terkadang dapat menghilangkan kemurnian hafalan seorang hafiz.

Seorang Hafiz harus menjadikan AL-Qur’an sebagai teman dan sahabatnya, serta penghibur di saat kesendirian dan kegelisahannya. Dan terus menjaga hafalannya jangan sampai hilang dari hatinya.

Selanjutnya adalah berupaya dengan maksimal agar dapat berakhlak dengan akhlak Al-Qur’an, karena para penghafal Al-Qur’an merupakan kaca dan contoh bagi umat Islam yang lainnya.

Ibn Mas’ud mengatakan bahwa penghafal Al-Qur’an harus dikenal dengan malamnya saat manusia tertidur, dengan siangnya saat manusia tertawa, dengan diamnya saat manusia berbicara, dan dengan khusuknya saat manusia gelisah. Para penghafal Al-Qur’an seharusnya bersifat tenang, lemah lembut, tidak keras, tidak sombong, tidak bersuara kasar dan berisik, dan tidak cepat marah.

Muadz Bin Jabal berkata, “pelajarilah apa yang kalian hendaki untuk diketahui, namun Allah SWT tidak akan memberikan pahala kepada kalian hingga kalian beramal”.

Setalah Hafiz membaca dan berakhlak seperti Al-Qur’an maka selanjutnya dia harus menempatkan keikhlasan hati hanya karena Allah SWT, jangan sampai mempelajari dan menghafal Al-Qur’an karena hal selain Allah SWT.

Firman Allah : “Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". ( QS. Al-Kahfi : 110 )

No comments:

Post a Comment